VERTIKULTUR SEBAGAI SOLUSI BERTANI PADA LAHAN SEMPIT

Keterbatasan lahan pertanian di area perumahan dan perkotaan menjadi penyebab kurangnya minat masyaraat dalam membudidayakan tanaman. Ketahanan pangan masyarakat di wilayah perumahan dan perkotaan dapat dilakukan dengan salah satunya memanfaatkan lahan pekarangan maupun lahan sempit untuk budidaya taaman. Lahan pekarangan dan lahan sempit dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dengan penerapan budidaya tanaman yang memanfaatkan teknologi budidaya yang memanfaatkan lahan pekarangan maupun lahan sempit. Teknologi vertikultur merupakan suatu teknologi bercocok tanam di ruang sempit dengan memanfaatkan bidang vertikal sebagai tempat bercocok tanam yang dilakukan secara bertingkat (Yanti et al., 2018).

Vertikultur merupakan teknik budidaya tanaman secara vertikal sehingga penanaman dilakukan secara bertingkat. Teknik budidaya ini tidak memerlukan lahan yang luas, bahkan dapat dilakukan pada rumah yang tidak memiliki halaman sekalipun. Teknik vertikultur ini memungkinkan untuk berkebun dengan memanfaatkan tempat secara efisien (Hidayati et al., 2018)
Budidaya yang dilakukan secara vertikultur sangat bermanfaat bagi masyarakat khususnya masyarakat di wilayah perumahan dan perkotaan yang memilki lahan sempit. Menurut Dwiratna et al. (2016), Pekarangan bukan hanya untuk menciptakan keindahan dan kesejukan saja, tetapi lebih daripada itu adalah guna meningkatkan perekonomian keluarga masing-masing. Jenis-jenis tanaman yang bisa ditanam di pekarangan rumah masing-masing adalah jenis sayur-sayuran, buahbuahan, obat-obatan, tanaman hias, dan lain sebagainya yang kesemuanya itu dapat menunjang kebutuhan seharihari dan selebihnya bisa dijual.
Pekarangan bukan hanya untuk menciptakan keindahan dan kesejukan saja, tetapi lebih daripada itu adalah guna meningkatkan perekonomian keluarga masing-masing.

Jenis-jenis tanaman yang bisa ditanam di pekarangan rumah masing-masing adalah jenis sayur-sayuran, buahbuahan, obat-obatan, tanaman hias, dan lain sebagainya yang kesemuanya itu dapat menunjang kebutuhan seharihari dan selebihnya bisa dijual. Palada dan chang (2003) dalam Yosandy et al. (2018), menjeaskan bahwa budidaya tanaman secara vertikultur sangat menguntungkan bagi masyarakat yang memilki lahan terbatas. Teknologi ini bisa untuk berbagai jenis tanaman seperti bayam merah, seledri, sawi, tamat, pare, kacang panjang dan mentimun.

Kelebihan sistem pertanian vertikultur:
a. Efisiensi dalam penggunaan lahan.
b. Penghematan pemakaian pupuk dan pestisida.
c. Dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkan dalam wadah tertentu.
d. Mudah dalam hal monitoring/pemeliharaan tanaman.

Jenis – jenis vertikultur antara lain :
a. Vertikultur Vertikal
Vertikultur vertikal biasanya menggunakan penopang yang kokoh dan berbentuk silinder yang dapat berdiri tegak pada lahan. Umumnya vertikultur jenis ini menggunakan penopang berupa paralon atau kayu yang diberdirikan tegak pada lahan, kemudian pada sisi penopang tersebut ditambahkan wadah penanaman seperti gelas bekas air mineral.

b. Vertikultur Horizontal
Vertikultur horizontal adalah vertikultur yang disusun secara bertingkat seperti rak atau tangga. Wadah penanaman yang digunakan dapat berupa batang pisang, rak yang dikombinasikan dengan karung bekas, kaleng bekas dan lain lain.

c. Vertikultur Gantung
Vertikultur gantung adalah vertikultur yang cara peletakkan wadah penanamannya yaitu dengan digantung pada atap bangunan menggunakan tali atau kawat. Wadah penanaman biasanya berupa botol bekas, pot dan ditanami tanaman hias yang menambah nilai estetika area tersebut. Vertikultur jenis ini sering terlihat diteras-teras rumah atau perkantoran.

d. Vertikultur Susun
Vertikultur susun hampir mirip jenis vertikultur vertikal. Perbedaannya, vertikultur susun umumnya berupa pot-pot yang disusun secara vertikal tanpa penopang layaknya vertikultur vertikal.

Beberapa model teknologi vertikultur yang dapat diterapkan adalah :

a. Vertiminaponik
Vertiminaponik merupakan kombinasi antara sistem budidaya sayuran secara vertikal berbasis pot talang plastik dengan aquaponik (budidaya ikan) atau dengan kata lain integrasi antara budidaya sayuran dengan ternak ikan. Media tanam yang digunakan adalah batu zeolit dan kompos.

b. Walkaponik
Walkaponik merupakan sistem budidaya sayuran yang juga diintegrasikan dengan ternak ikan. Prinsip dari walkaponik sama dengan vertiminaponik, yang membedakan adalah sistem budidaya sayuran yang menggunakan pot-pot dan disusun sedemikian rupa membentuk taman vertikal, sehingga disebut walkaponik yang berasal dari kata wall gardening dan aquaponik. Media tanam yang digunakan adalah batu zeolit dan kompos.

c. Model Wall Gardening
Model Wall Gardening merupakan sistem budidaya tanaman memanfaatkan tembok atau dinding yang kosong. Beberapa model wall gardening meliputi:

  1. Wall gardening model terpal : bahan yang digunakan adalah terpal yang dibentuk seperti tempat sepatu. Media tanam yang digunakan adalah campuran tanah, sekam dan kompos/pupuk kandang;
  2. Wall gardening model paralon : bahan yang digunakan adalah paralon atau bambu yang dilubangi sebagai tempat tumbuhnya tanaman. Media tanamnya adalah campuran tanah, sekam dan kompos/pupuk kandang;
  3. Wall gardening model pot plant : bahan yang digunakan adalah pot dengan rangka besi atau balok sebagai penyangganya. Media tanam yang digunakan adalah campuran tanah, seam, dan kompos/pupuk kandang;
  4. Wall gardening model partisi/modul: bahan yang digunakan adalah agro pro dan besi sebagai penyangganya. Media tanam yang digunakan adalah cocopeat dan pupuk kandang/kompos.

BAHAN DAN CARA PELAKSANAAN

Tahap persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap awal yang dilakukan dengan menetukan tanaman apa yang akan ditanamam serta menyiapakan bahan dan alat yang digunaka. Bahan-bahan yang digunakn diantaranya benih, paralon ukuran 4 inchi, tanah, tanah, pupuk andang, kompos, pupuk, air. Alat yang digunakan diantaranya gergaji, kompor atau lilin, botol kaca dari sirup atau kayu bulat, spidol, dan meteran.

Tahap pelaksanaan
a. Peninjauan lokasi yang akan diterapkan guna menetukan ukuran pipa yang akan digunakan, dan jumlah pipa yanag akan digunakan, serta desain dari pipa yang akan digunakan.
b. Langkah – langkah pembuatan alat vertikultur :
1) Siapkan paralaon ukuran 4 inchi dengan panjang 1 meter (panjang menyesuaikan tempat).
2) Buat garis tanda untuk lubang tanama dengan jarak ±20 cm, kemudian tanda dibuat berselang seling dilakukan sampai ujunng paralon.
3) Tanda yang telah dibuat kemudian di gergaji dengan lebar ±7 cm
4) Siapkan lilin atau kompo, kemudian panaskan bagian paralon yang tekah digergaji menggunakan api kompor atau lilin da jangan sampai terbakar
5) Tekan segera bagia yang telah dipanasi menggunakan botol kaca bekas atau kayu bulat (bagian atas ditekan kedalam dan bagian bawah ditekan keluar). Dilakukan pada setiap tanda yang telah di gergaji.


c. Persemaian
Persemaian benih diakukan pada polybag atau tray dengna media tanah, pupuk kandang dan kompos, dnegan perbandingan 2 : 1 : 1. Letakan benih pada media dengan kedalaman 1 cm. Tunggu hingga benih muncul.


d. Penanaman
Penanaman dilakukan secara serempak untuk mendapatkan pertumbuhan yang seragam penanaman disesuaikan dengan lubang tanam yang telah dibuat. Beih yang sudah tumbuh kemudian diseleksi dan di masukkan pada lubang tanam pada vertikultur yang telah disiapkan


e. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman dimulai dengan melakukan penyulaman bibit yang tumbuh terlambat atau mati dan dilakkan penyiraman. Menurut Yanti et al. (2018), Penyulaman ini dilakukan agar mendapatkan keseragaman tumbuh tanaman. Penyulaman dilakuakam pada umur 5 hari stelah tanamn atau 7 hari setelah tanam. Pemeliharaan dilakukan dengan pemberian pupuk organik cair. Penyiraman dilakuakn setiap hari saat pagi dan sore hari. Perlu diperhatika dalam penyiraman agar penyiraman dilakukan jangan sampai terlalu jenuh airnya. Menurut Rasapto (2006), beberapa tanaman tidak menghendaki kondisi air terlalu jenuh karena akan menyebabkan tanaman busuk dan mati.


f. Panen dan pasca panen
Panen dilakukan pada saat pagi hari atau sore hari, kemudian hasil panen ditampung dan di masukkan kedalam tempat penyimpanan. Hasil produk dapat dimanfaatkan sendiri untuk dikonsumsi, dijual atau diolah menjadi produk yang baru. Penanganan pasa panen salah satunya adalah pengemasan dengan cara membungkus produk dengan menggunakan alas sterofoam yang di bungkus dengan palstik wrap, penanga ini dilakukan apabila hasil produk akan di jual untuk manambah nilai jual serta menjaga kualitas dari produk. Pengolahan pasca panen yang dilakukan dapat untuk konsumsi sendiri maupun di jual. Hasil dari produk bisa dimanfaatkan untuk masakann sayur, atau dapat dilakukan pengolahan produk menjadi produk baru seperti pengolahan puding dari pakcoy, pie bayam, serta produk olahan lain.

PENUTUP

Pemanfaatan lahan sempit dan pekaranagan degan teknik vertikutur mempunyai banyak manfaat dalam menciptakan ketahan pangan masyarakat yang memilki wialayah yang sanagat sedikit lahanny. Kegiatan ini dilakuakn untuk memanfaatkan pekarangan dan lahan sempit, diharapakan kedepannya banyak kegiatan kegiatan vertikultur yang diterapkan pada msayarakat sehingga dapat menumbuhkan minat masyarakat dalam upaya ketahanan pangan.

DAFTAR PUSTAKA

Dwiratna, N.P. S.,1 Widyasanti, A.,1 dan Rahmah, D.M.1. 2016. Pemanfaatan lahan pekarangan dengan menerapkan konsep kawasan rumah pangan lestari. Jurnal Aplikasi Ipteks untuk Masyarakat, Vol. 5, No. 1, Mei 2016: 19 – 22


Hidayati, N., Rosawanti, N., Arfianto, F. & Hanafi, N. 2018. Pemanfaatan lahan sempit untuk budidaya sayuran dengan sistem vertikultur. Pengabdianmu. 3(1):40-46


Rasapto W. 2006.Budidaya Sayuran dengan Vertikultur. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah.


Yanti, A. D. A., Rinduwati, W. A., Faradika, A. N. & Wiharto, M. 2018. Teknik vertikultur pada lorong garden. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (1) : 1- 9.


Yosandi, D., Baskara, M. & Herlina. 2018. Pengaruh media Tanam pada sistem Vertikultur terhadp pertumbuhan dan hasil tanaman bayam merah (Amaranthus tricolor L.). Jurnal produksi tanaman. 6 (2): 210-216,

Leave a comment